Senin, 22 Agustus 2022 10:06 WIB

Minta Maaf dengan Tulus, Suharso Monoarfa Ciptakan Budaya yang Baik di PPP

Editor : Yusuf Ibrahim
Ketum PPP, Suharso Monoarfa. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Sikap kepemimpinan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Hal tersebut setelah Suharso berani menyampaikan  meminta maaf usai video yang berisi dirinya sedang pidatonya di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beredar di media sosial, Jumat (19/8/2022).

Permintaan maaf tersebut disampaikannya secara terbuka setelah menghadiri acara Sekolah Politik yang digelar selama dua hari bagi kader PPP di Bogor. Hanya saja Suharso menyesalkan adanya pihak tertentu yang dengan sengaja mencuplik sepotong dari sambutannya pada acara Politik Identitas Cerdas Berintegritas yang diselenggarakan Komisi Pemberantasan Korupsi, Senin (15/8/2022). Cuplikan yang sepotong tersebut kemudian  menjadi di luar konteks dan membentuk opini negatif.

Ditegaskannya, sambutannya tidaklah berdiri sendiri dan merespon atas apa yang disampaikan Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron. Kemudian Suharso juga berusaha menyambungkan dengan apa yang telah dipresentasikan Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat Wawan Wardhiana.

Diterangkan Suharso, Ghufron menekankan bahwa dengan mengikuti acara Politik Cerdas Berintegritas, diharapkan peserta menetapkan dirinya agar jangan terbawa ikut-ikutan mengandalkan “keuangan yang maha kuasa” dan meninggalkan “Ketuhanan yang Maha Esa”. Terlebih Partai Persatuan Pembangunan yang berazaskan Islam.

Sedangkan Wawan mengingatkan dengan sebuah idiom “bukan membenarkan hal yang biasa, melainkan membiasakan hal yang benar”. "Ini konsekuensi politik. Seharusnya itu kan jadi konsumsi internal dan tidak tersebar ke publik. Tapi kita harus apreasiasi karena meminta maaf sesungguhnya tidak mudah untuk seorang pemimpin. Apalagi ini memperlihatkan bagian dari tanggungjawab seseorang atas kesalahannya. Mengakui kesalahan kemudian minta maaf merupakan tanda permintaan maaf dan sikap pemimpin yang tulus," kata pengamat politik dari Universitas Al Azhar,  Ujang Komarudin dalam keterangan resminya.

"Jika kita perhatikan, caranya terlihat menyesal karena tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuannya atau niatnya tidak seperti itu. Mimik, bahasa tubuh, dan intonasi kata-katanya menunjukkan penyesalan atau ekspresi yang penuh ketulusan dalam permintaan maaf," sambungnya.

Lebih jauh, sikap tersebut tentunya menunjukkan adanya integritas seorang pemimpin yang berguna dalam organisasi agar semakin berkembang dan kompetitif. Sehingga, pemimpin yang berjiwa demikian sesungguhnya  menjadi panutan bagi anggota organisasinya. 

Ketika seorang pemimpin berani meminta maaf, maka dia akan meningkatkan kepercayaan serta respect orang lain terhadapnya. Selain itu, seorang pemimpin yang mempraktekkan kejujuran juga akan memberi pedoman yang baik kepada anggota timnya/partainya untuk menciptakan sebuah culture yang baik.

Apalagi ada makna besar di balik tindakan ini. Permintaan maaf bukan hanya kebaikan sosial, namun sesuatu yang dilakukan untuk bersikap sopan, menunjukkan rasa hormat dan empati kepada orang lain. "Permintaan maaf juga punya nilai besar karena  ada doa yang disampaikan untuk sama-sama mendapatkan kebaikan. Pemimpin yang seperti ini sesungguhnya dapat menjadi teladan dan memberikan pengaruh positif bagi anggotanya atau kadernya," tambahnya.

"Kuncinya memang harus solid, sama-sama menjaga marwah partai, dan terus memperjuangkan aspirasi rakyat. Sehingga hal seperti ini tidak membesar dan mendapatkan tanggapan negatif serta bisa dipahami tujuan sebenarnya," pungkasnya.(mir)


0 Komentar