Rabu, 21 September 2022 11:51 WIB

Erick Sebut Harga Minyak Mentah Masih Tinggi

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi mengisi BBM. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan pemerintah belum berencana untuk kembali menurunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Menurut dia, penyesuaian harga bahan bakar tetap mengacu pada harga minyak mentah secara global. Mengutip Antara, harga minyak dunia sedikit lebih tinggi pada penutupan perdagangan, Senin waktu setempat atau Selasa (20/9) pagi WIB.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk November bertambah 65 sen atau 0,7% menjadi menetap di USD92 per barel di London ICE Futures Exchange. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober terkerek 62 sen atau 0,7% menjadi ditutup di USD85,73 per barel di New York Mercantile Exchange.

Dengan kondisi harga minyak mentah yang masih di kisaran USD90 per barel, penurunan harga BBM belum bisa dilakukan. Menurut Erick, harga BBM khususnya Pertamax, berpotensi untuk turun jika harga minyak mentah di kisaran USD75-65 per barel.

"BBM masih di USD90 (per barel), belum turun. Kalau BBM USD65, harganya masih naik," ungkap Erick saat ditemui wartawan di kawasan DPR/MPR, dikutip Rabu (21/9/2022).

Erick mengaku ada pernyataan salah satu menteri yang belum berencana menurunkan harga BBM, meskipun aksi penolakan terus dilakukan masyarakat dan mahasiswa. Mantan Bos Inter Milan itu menilai perkara BBM harus dilihat secara menyeluruh. Poin utama pemerintah bukan menaikan atau menurunkan harga BBM. Namun, memangkas subsidi BBM agar impor bahan bakar tersebut bisa ditekan.

Pemerintah, lanjut Erick, mengingatkan bahwa Indonesia bukan negara produsen atau eksportir BBM melainkan negara importir sejak 2003 silam. Oleh karena itu, berbagai langkah diambil pemerintah untuk menekan impor BBM.

"Kalau nggak salah sempat menteri nggak mau BBM turun, bukan itu poinnya. Konteksnya harga yang penting. Kita impor BBM dari 2003, artinya kita negara pengimpor bukan negara ekspor, masyarakat seakan-akan kira kita masih negara produsen BBM. Benar, tapi kita banyak impornya karena jumlah penduduk Indonesia dulu mungkin 100 juta, sekarang 300 juta," bebernya.

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia, kata Erick, mendorong adanya peningkatan volume konsumsi BBM lantaran bertambahnya jumlah kendaraan baik roda dua dan empat. "Tentu pengguna mobil ini meningkat, makanya blueprint energi nasional sedang diperbaiki dengan cara mengganti mobil ke listrik. Sebagian mobilnya, yang namanya industri mobil yang pakai mesin tidak mungkin hilang, tapi harus diseimbangkan dengan B20 dan B40," tuturnya.(mir)


0 Komentar