Selasa, 31 Januari 2023 14:39 WIB

Erdogan Nilai Macron Tak Layak Jadi Presiden Prancis

Editor : Yusuf Ibrahim
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Emmanuel Macron tidak layak menjadi presiden Prancis dan telah mengalami kemunduran yang signifikan dalam hubungan dengan Afrika.

Erdogan mengklaim dengan Macron memimpin, Prancis kehilangan pengaruh secara global. Berbicara pada pertemuan pemuda di provinsi Bilecik, Turki barat pada Minggu (29/1/2023), Erdogan mengatakan, “Pemimpin Prancis tidak memiliki pengalaman untuk menjadi pemimpin negara itu.”

Pemimpin Turki itu menunjuk pada perkembangan terkini dalam hubungan Prancis dengan negara-negara Afrika untuk mendukung kasusnya. “Lihat, mereka mengeksploitasi negara-negara Afrika sekarang. Mali benar-benar putus hubungan dengan Prancis sekarang,” tegas Erdogan.

Presiden Turki juga mencatat Burkina Faso telah memberi waktu satu bulan kepada pasukan Prancis untuk meninggalkan negara itu. Sebelumnya pada bulan Januari, negara Afrika Barat itu menangguhkan perjanjian 2018 tentang penempatan tentara Prancis di wilayahnya.

Hubungan antara Prancis dan bekas jajahannya menurun, dengan penduduk setempat menyalahkan Paris karena dianggap tidak mampu memerangi kelompok ekstremis. “Dan saya pikir Togo, mereka akan mengirim (pasukan keluar) juga,” ujar Erdogan.

Menurut pemimpin Turki itu, Prancis "dengan cepat kehilangan reputasinya" di Afrika. “Kami telah melakukan banyak pertemuan dengan mereka, di pertemuan internasional dan sebagainya, tetapi mereka tidak jujur,” ujar Erdogan.

“Macron juga kehilangan kredibilitasnya di parlemen. Prancis terus-menerus kehilangan kredibilitas, dan kehilangan kredibilitas di komunitas internasional,” papar Erdogan.

Dia menjelaskan, “Tentu saja, ada banyak pemimpin seperti ini di dunia,” tanpa menjelaskan lebih lanjut.

“Dalam hubungan dengan Yunani di Mediterania, mereka mengabaikan Turki dan menjalin hubungan yang berbeda dengan mereka,” ungkap Erdogan.

Macron dan Erdogan sering terlibat dalam bentrokan verbal. Salah satu insiden paling terkenal terjadi pada tahun 2020, ketika presiden Turki menyebut presiden Prancis “membutuhkan perawatan mental” sambil mengkritik sikap Macron terhadap Islam dan Muslim.

Pada saat itu, Macron mengatakan Muslim radikal di Prancis bersalah atas “separatisme Islam”. Menanggapi komentar Erdogan, Prancis memanggil duta besarnya untuk Turki untuk konsultasi.(fik)


0 Komentar