Senin, 19 Februari 2024 20:04 WIB

Pedagang Desak Pemerintah Kendalikan Harga Beras, Takut Gulung Tikar

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi warteg. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Sejumlah pengelola warung tegal (warteg) dan warung makan di sekitar Istana Merdeka mengeluhkan harga beras yang semakin mahal. Hal itu pun menyebabkan biaya bahan baku mereka membengkak.

Kenaikan harga beras dinilai telah membuat margin semakin menipis. Hal itu belum mencakup biaya yang tak terlihat seperti ongkos angkut hingga bensin.

Sejumlah pedagang mengaku tak mau menaikkan harga sepiring nasi demi mempertahankan pelanggan, sehingga memutar otak dengan cara lain. "Ya saya kurangi porsi nasinya, harga tetap, tapi satu centong nasi untuk sepiring itu saya kurangi," kata Tri Hayati, pemilik warung makan di Jalan Juanda II, Jakarta Pusat, yang berjarak 1,8 km dari Istana Merdeka, Senin (19/2/2024).

Dia mengatakan harga beli beras sekarung yang berbobot 50 kilo atau setara 60 liter bisa mencapai lebih dari Rp700 ribu, dari harga awal sebelum naik di kisaran Rp600-650 ribu.

Perempuan berusia 36 tahun itu mengakui tetap mengambil kulakan dengan harga dan volume tersebut, daripada membeli per literan, yang sekarang bernilai Rp13-14 ribu per liter. "Intinya kita pinter-pinter ngatur, kalau enggak, ya kitanya enggak dapat untung," paparnya.

Senada, Deni Purnama (42), seorang pemilik warung penyet merasa kenaikan harga beras begitu membebani harga jual ke konsumen. Berbeda dengan Tri, ia cenderung untuk mengerek harga seporsi nasi, lele, sambal, dan lalapan. "Mau gimana lagi, saya beli berasnya literan. Bisa dapat untung aja sudah cukup," terangnya.

Baik Tri dan Deni mengharapkan pemerintah bergegas mengambil tindakan untuk mengendalikan harga beras, sebagai sumber pangan pokok warga. "Kalau kayak gini kita hanya bisa capek dagang, semoga bisa segera turun. Kita jualan kan juga buat makan, takut kita kalau sampai gulung tikar," ujar Tri.(mir)


0 Komentar