Senin, 11 Maret 2024 15:27 WIB

Fenomena Crab Mentality dan Pengaruhnya dalam Perubahan Gaya Komunikasi di Kalangan Mahasiswa

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi. (foto istimewa)
Luthsya Artvi Dasniar
Mahasiswa IPB 59 Prodi Komunkasi Digial dan Media
J040122121
 
Image gallery
 
 
Memiliki keinginan untuk maju dan menjadi pribadi yang lebih baik tentunya menjadi cita-cita dari kebanyakan orang. Namun pada kenyataannya, ujian bagi seseorang untuk bisa berubah ke arah yang lebih baik tidak hanya datang dari diri sendiri, namun juga dari orang sekitar.
 
Banyak kita dengar nasihat untuk tidak mendengarkan perkataan orang lain dan untuk terus fokus dengan tujuan, namun realita kadang tidak semudah apa yang diucapkan atau dilihat. Dalam proses memulai perubahan diri sering kali kira jumpai orang-orang yang mencemooh dan mentertawakan. Jika dipikirkan rasanya segala perkara yang kita lakukan tidak memberikan kerugian apapun bagi mereka, namun entah hal apa yang membuat mereka berbuat demikian.
 
Dilihat dari kemajuan teknologi manusia di abad ini terutama pada kemajuan media sosial saat, manusia dapat dengan mudah mendokumentasikan segala pencapaian mereka untuk kemudian disebarluaskan kepada masyarakat luas. Respons audiens pada kolom komentar pun sangat beragam, ada yang merasa termotivasi dan adapula yang justru memberikan komenan negatif yang cenderung merendahkan.
 
Peristiwa inilah yang kemudian memberikan saya sebuah ketertarikan baru akan fenomena sosial yang kemudian membawa saya kepada sebuah penjelasan dari suatu kondisi mental yang disebut sebagai crab mentality atau yang jika diterjemahkan berarti mentalitas kepiting. Penggunaan kata tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan  kondisi mental manusia yang merasa tidak senang untuk melihat kesuksesan orang lain dan cenderung akan membawa dan merendahkan orang tersebut agar mereka tetap berada dalam kondisi yang sama atau bahkan lebih rendah.
 
Fenomena ini cenderung akan timbul dalam suatu tempat dengan tingkat lingkungan kompetitif yang tinggi seperti lingkungan kerja dan sekolah. Dikutip melalui jurnal Manajemen Pendidikan (2023) , seseorang dengan crab mentality cenderung akan menahan orang lain yang dianggap sebagai bagian dari komunitasnya disaat memperoleh jalan untuk mencapai kemajuan dan kesuksesan. Beberapa contoh perilaku yang dapat menggambarkan seseorang dengan crab mentality ialah: perilaku meremehkan, mencemooh, mengkritik orang lain di depan umum dan memanipulasi orang lain.
 
Fenomena ini disebut crab mentality dikarenakan  individu yang tidak menyukai adanya individu lain yang ingin berubah dan maju seperti sebuah kumpulan kepiting dalam ember yang saling mencapit dan menghalangi satu sama lain sehingga tidak ada satupun dari mereka yang dapat keluar.
 
Suatu individu yang berada di dalam lingkungan dengan suasana kerja yang kompetitif seperti lingkungan kantor dan sekolah cenderung akan mengalami kondisi mental ini atau bahkan menjadi korban dari orang-orang tersebut. Salah satu alasannya ialah, baik lingkungan kerja maupun lingkungan sekolah keduanya merupakan tempat berkumpulnya suatu individu yang kemudian tergabung dalam sebuah kelompok.
 
Dengan adanya perbedaan kinerja antara satu dengan yang lainnya, tentunya akan hadir suatu individu yang lebih unggul. Seseorang dengan kondisi mental yang baik dan berpegang teguh pada nilai moral yang positif tentunya akan menjadi pihak yang mendukung keberhasilan orang lain, namun tidak menutup kemungkinan akan hadirnya individu lain yang berusaha untuk menjatuhkan orang tesebut didasarkan pada rasa iri hati dan ketidaksukaan. Individu inilah yang kemudian dikenal sebagai seseorang dengan crab mentality. 
 
Crab mentality dapat mengubah cara komunikasi seseorang, salah satu contohnya dapat ditemukan di lingkungan kampus. Seorang mahasiswa yang sebelumnya memiliki hubungan baik dan bersikap ramah bersama temannya, kemudian berbalik menjadi pribadi yang ketus kepada seseorang yang dianggapnya sukses seperti ketika mahasiswa tersebut mengetahui bahwa temanya memiliki Indeks Prestasi (IP) yang lebih tinggi darinya.
 
Tidak berhenti di situ, individu dengan kecendrungan crab mentality juga mengajak teman yang lainnya untuk membenci dan menjauhi individu yang dianggapnya berbeda dan berusaha untuk berubah. Berdasarkan contoh tersebut tentu dapat dilihat bagaimana dorongan psikologis seperti rasa iri dan ketidaksukaan seseorang disaat melihat seseorang dari dalam kelompoknya didukung dengan suasana kerja yang kompetitif dapat mengubah cara berkomunikasi seseorang dengan orang lain. 
 
Fenomena tumbuhnya crab mentality dan bagaimana hal ini mampu untuk mengubah mulai dari cara berkomunikasi, perilaku dan pandangan orang lain membuktikan adanya faktor dorongan psikologis dalam interaksi di antara manusia. Hidup di dalam lingkungan bersama dengan orang-orang yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan kita tentu akan menjadi sesuatu yang berat.
 
Masyarakat perlu menyadari hal ini melihat dari dampak negatif yang dapat ditimbulkan jika keadaan mental seperti ini terus menerus dibiarkan dan dinormalisasikan. Kualitas hidup masyarakat tidak akan meningkat apabila banyak dari kita yang masih memiliki kecendrungan untuk menarik mereka yang ingin berubah.
 
DAFTAR PUSTAKA
 
Rahmawati, W., & Asbari, M. (2023). Crab Mentality: Penyakit Mental Susah Lihat Orang Lain Senang dan Senang Lihat Orang lain Susah. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(01), 72–76. https://doi.org/10.1111/literaksi.v1i01.27
Indriyani, Nur Endah Safitri, & Yulius Dani Nugraha. (2023). Crab Mentality: Penyakit Mental Interaksi Sosial. Literaksi: Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(01), 177–186. https://doi.org/10.1111/literaksi.v1i01.159
Ritonga H.M.H (2019), Buku Psikologi Komunikasi, Perdana Mulya Sarana. 11-26,http://repository.uinsu.ac.id/7974/1/husni%20PSIKOLOGI%20KOMUNIKASI.pdf

0 Komentar