2 jam yang lalu

Proxy War, Kikis Kepercayaan Publik Terhadap Institusi Hingga Kebenaran

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi. (foto istimewa)

JAKARTA, TIGAPILARNEWS.COM- Sejumlah cendekiawan, praktisi, dan pemerhati intelijen mendeklarasikan Manifesto Internasional Filsafat Intelijen. Manifesto tersebut sebagai respons atas kondisi global yang semakin mengkhawatirkan dan penyalahgunaan intelijen.

Manifesto yang ditetapkan di Fakultas Filsafat Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta pada 18 Agustus 2025 ini digagas oleh Jenderal TNI Purn AM Hendropriyono dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN), Saifur Rohman dari Universitas Negeri Jakarta.

Mahfud MD dari Universitas Islam Indonesia. Selain itu, Mustari Mustafa dari UIN Alauddin, Lasiyo, Djoko Suryo, Soejadi, Mukhtasar Syamsuddin, Siti Murtiningsih, dan Ova Emilia dari UGM. Kaelan MS dan Mush’ab Muqoddas Eka Purnomo, dari Al-Azhar University, Kairo Mesir. 

Termasuk Amarulla Octavian dari Universitas Pertahanan (Unhan), R Deltanto dari Sekolah Tinggi Hukum Militer, Hikmahanto Juwana dari Universitas Indonesia (UI). Abdul Munir Mulkhan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Tjip Ismail dari Universitas Al-Azhar Indonesia.

Serta Muhadjir Effendy, Universitas Negeri Malang. Dalam manifesto tersebut, mereka menyebut perkembangan keadaan internasional dewasa ini menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan.

Dunia sedang dilanda gelombang proxy war yang bersenjatakan hoaks, disinformasi, dan simulakra yakni, rekayasa realitas yang mengaburkan kebenaran. 

Fenomena ini bukan hanya memecah belah antarbangsa, tetapi juga mengikis kepercayaan publik terhadap institusi, hukum, dan kebenaran itu sendiri.

”Sejalan dengan tanggung jawab moral kita sebagai bagian dari komunitas global, kami menyatakan Manifesto ini sebagai seruan etis untuk mengembalikan fungsi sejati intelijen bagi kemaslahatan umat manusia dan kelestarian lingkungannya,” katanya, Rabu (20/8/2025).

Manifesto filsafat intelijen tersebut antara lain: Paradigma Intelijen untuk Kemaslahatan Manusia dan Lingkungan Intelijen sejati tidak hanya berurusan dengan keamanan negara, tetapi juga dengan keamanan hidup umat manusia dan kelestarian lingkungan. Paradigma intelijen yang kami usung adalah paradigma yang humanis, etis, dan berorientasi pada masa depan, yang mengutamakan kehidupan damai dan keberlanjutan ekologis.

Etika Universal sebagai Landasan Intelijensia Etika universal harus menjadi fondasi dari seluruh kegiatan intelijen. Intelijen, pada hakikatnya, adalah panca indera setiap bangsa yang berfungsi mengamati, menganalisis, dan memperingatkan. Tanpa etika, intelijen mudah tergelincir menjadi alat penindasan dan kebohongan.

Dengan etika, intelijen menjadi pelindung kebenaran dan penegak keadilan. Penolakan terhadap Praktik Intelijen yang Tidak Jujur Kami menolak segala bentuk praktik intelijen yang tidak jujur yakni yang cenderung tidak benar (inaccurate) dan tidak tepat (inappropriate) yang mengakibatkan penderitaan berkepanjangan bagi umat manusia. Intelijen yang menyesatkan adalah pelanggaran moral terhadap tanggung jawab kemanusiaan.

Pemajuan Filsafat Intelijen sebagai Disiplin Ilmu Kami menyerukan kepada seluruh perguruan tinggi di dunia untuk memberlakukan Filsafat Intelijen sebagai disiplin filsafat yang beroperasi dalam ranah intelijen.

Disiplin ini akan menjadi pilar akademik yang mengajarkan moralitas, epistemologi, dan ontologi dalam praktik intelijen, sekaligus menjadi benteng terhadap penyalahgunaan kekuasaan.

Komitmen Kolektif Manifesto ini adalah komitmen bersama untuk menghentikan penggunaan intelijen sebagai alat proxy war berbasis hoaks dan simulakra. Membangun tata kelola intelijen yang akuntabel, transparan, dan etis. Mengembangkan riset intelijen yang berpihak pada kebenaran dan kesejahteraan global.

Menumbuhkan generasi intelijensia yang memiliki integritas, kecerdasanmoral, dan kepekaan ekologis. “Manifesto Internasional Filsafat Intelijen ini sebagai panduan moral dan intelektual bagi semua bangsa. Kami percaya bahwa intelijen yang berlandaskan filsafat adalah kunci untuk mewujudkan dunia yang damai, adil, dan berkelanjutan. Manifesto ini bersifat terbuka,” katanya.(des)


0 Komentar