Jumat, 29 Juli 2016 08:16 WIB

Perang Lawan Narkoba, Pembunuhan Serampangan Terjadi di Filipina

Editor : Yusuf Ibrahim
JAKARTA, Tigapilarnews.com- Berbaring di tengah jalan, Jennelyn Olaires memeluk suaminya, Michael Siaron, yang ditembak mati orang tak dikenal setelah tengah malam.


Olaires menolak pergi dan jadi sorotan kamera wartawan televisi saat tim forensik tiba jalanan Pasay, Manila, untuk mengidentifikasi jasad Siaron si pecandu Narkoba. Di dekat tubuh Michael Siaron terdapat catatan berbunyi; ”Saya ambisius, jangan ikuti.”

”Michael telah menggunakan Narkoba selama satu tahun tetapi tidak pernah (jadi) pengedar,” teriak Olaires di depan kamera wartawan. Darah pasangannya masih di menempel wajahnya.

Adegan itu nyata dari perang melawan gembong dan pecandu Narkoba yang dikobarkan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, yang dijuluki sebagai The Punisher atau Penghukum. Michael adalah satu dari ratusan orang yang dibunuh karena jadi bagian dari target perang melawan Narkoba.

Sejak Duterte terpilih sebagai Presiden Filipina dua bulan lalu, ratusan orang baik pengedar maupun pecandu Narkoba tewas di bunuh di jalanan secara acak. Sebanyak 120 ribu pelaku kejahatan Narkoba secara sukarela menyerahkan diri ke polisi.

Adegan pertumpahan darah lainnya diabadikan para wartawan di pusat Manila, di mana Redentor Manalang, 50, baru saja dibunuh oleh orang tak dikenal pada malam hari. Redentor yang diduga pecandu narkoba dibunuh saat mengemudi sepeda roda tiga. Di sampingnya terdapat batu nisan dengan pesan tertulis yang berbunyi;”Jangan meniru saya.”

”Satu minggu yang lalu, kami mendapati 18 orang tewas, itu adalah malam yang sangat panjang,” kata Patrick Adalin, seorang fotografer untuk tabloid lokal, Abante, seperti dikutip ABS-CBN, Jumat (29/07/2016). ”Karena semua operasi sedang berlangsung, sesuatu terjadi setiap malam.”

Berdasarkan data resmi polisi dan laporan media lokal, rata-rata 10 orang tewas setiap hari terkait perang melawan kejahatan Narkoba di seluruh negeri Filipina. The Inquirer pada Pada 25 Juli mencatat, jumlah korban tewas—sejak Duterte terpilih sebagai presiden pada 10 Mei 2016—telah mencapai 430 orang.

Para pejabat Filipina mengklaim ada efek positif dari perang melawan kejahatan Narkoba yang mereka juluki sebagai fenomena Duterte effect. Angka kejahatan telah menurun 13 persen sejak Duterte memenangkan kursi kepresidenan.

Meski perang melawan kejahatan Narkoba diklaim Pemerintah Filipina telah mengurangi angka kejahatan, namun Komisi HAM menyuarakan keprihatinan terkait pembunuhan secara serampangan yang kebanyakan menyasar warga miskin.


Komisi HAM di negara itu baru-baru ini meluncurkan penyelidikan atas 103 kasus, termasuk 33 kasus pembunuhan terkait kejahatan Narkoba selama operasi yang diluncurkan polisi.(exe/ist)

0 Komentar