Minggu, 11 September 2016 18:36 WIB

Anggota Polsek Jatiasih Ciptakan Pupuk dari Bahan Baku Bom

Editor : Yusuf Ibrahim
Laporan Rachmat Kurnia

JAKARTA, Tigapilanews.com- Anggota Polsek Jatiasih, Aiptu Sundoro, menciptakan pupuk tanaman dengan bahan baku pembuatan bom.

Sundoro mulai mengenal bahan baku pembuatan bom saat dirinya masih tergabung dalam ATB yang sekarang menjadi Densus 88 Anti-teror. Dari situlah Sundoro mengenal Sulfur, Asam Nitrat, HNO3, Asam Fosfat TNT, ZINC dan Urea.

"Dulu memang saya tergabung di ATB yang menjadi cikal bakal Densus 88. Saya mengetahui bahan-bahan pembuatan bom," ujar Sundoro saat ditemui Tigapilarnews.com di rumahnya, Kampung Babakan, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi.

Sejak tahun 2010, Sundoro meminta mutasi ke Polsek Jatiasih karena merasa lelah bekerja. Kini di tempatnya yang baru, Sundoro mencoba mengasah kreativitasnya.

Kini disela-sela kesibukan sebagai polisi, ayah dua putra itu mencoba budidaya sayur-mayur dengan memanfaatkan lahan seluas dua hektar di kampung Babakan Bekasi.

"Sayuran dan buah-buahan saya tanam. Sampai sayuran korea itu ada. Untuk pemasarannya sendiri, ke Pasar Bantar Gebang, dan Pasar Induk Cibitung Bekasi," ungkap Sundoro.

Untuk memastikan keberhasilan produksi tanaman, maka diperlukan pupuk yang bagus untuk tanaman dan tanahnya.

Dengan berbekal pengetahuan tentang bahan baku bom dan rasa keingintahuan tinggi, Sundoro pun mencoba meramu pupuk dengan campuran bahan baku bom dengan bahan organik seperti kunyit, bawang putih dan dadung.

"Semua kan tergantung sama, mau atau tidaknya orang itu maju, bisa tidak memanfaatkannya. Terlebih Ini kan jaman teknologi, tanya saja sama mbah Google. Saya cari tahu satu persatu, bahan ini kandungannya apa, fungsinya apa, bisa atau tidak jika digabung. Alhamdulilah, sampai sekarang lancar jaya, " ungkap Sundoro.

Hasil ramuan sejumlah bahan tadi, kemudian dimasukkan dalam mesin mixer untuk dilakukan penggabungan bahan agar bisa menjadi pupuk.

"Proses buat pupuk tidak lama, cukup empat jam saja. Itu pupuknya langsung bisa digunakan. Setelah itu, kita masukkan pupuk tadi ke dalam botol berukuran sedang, dan pupuk ukuran itu bisa menghidupi tanaman seluas 1 hektar, dengan biaya RP500 ribu perhektarnya," ungkapnya.(exe)


Tidakhanya itu, untuk menyiasati pemakaian listrik yang cukup besar dari mesin mixer Sundoro membuat mesin Jenset sendiri.

" Ini mesin nya nih, ini jenset, tapi mesinnya mesin mobil, saya buat dengan harga RP 5 juta, kalau pakai listrik pln mahal, awal nambah daya saja hampir 10 juta lebih, belum tagihan bulanan RP 600 ribu, meningan pake mesin ini saja,murah" ungkapnya.

Saat ditanya mengenai merek pupuknya, Sundoro kebingungan dengan merek pupuknya.

"Untuk penasaran kita hanya yang kenal saja, belum luas, soal nama mereknya, Kata petani-petani si ya, karena mereka saya tau saya ini Polisi, mereka menyebutknya Pupuk Komanandan dan pakai pupuk ini panen itu bisa lebih cepat 15 hari, ." ujar Shndoro sambil tertawa.

Selain itu Sundoro pun berharap bisa bertemu dengan Kapolri (TITO) dan ingin mempresentasikan temuannya ini.

" Sesuai visinya dia (TITO) jaga ketahanan pangan, nah saya ada temuan, saya pengen presentasikan ke Kapolri, ini loh temuan saya, mari jaga ketahan pangan. Alhamdulilah Kapolresta Bekasi Kota sudah mendukung saya agar tetap melanjutkan," ujar Sundoro.(exe)
0 Komentar