Selasa, 07 Maret 2017 17:12 WIB

Harga Cabai Tembus Rp 200 Ribu per Kilogram

Editor : Hermawan
Ilustrasi.

CIANJUR, Tigapilarnews.com - Harga cabai pada tingkat pengencer di sejumlah pasar tradisional, Cianjur, Jawa Barat, mencapai Rp 200 ribu per kilogram.

"Hari ini, harga cabai di tingkat pedagang keliling Rp 10 ribu per ons. Kalau beli per kilo menjadi Rp200 ribu," kata Gina (39), ibu rumah tangga warga Desa Nagrak, di Cianjur, Selasa (7/3/2017).

Menurut Gina, tidak beda jauh dengan pedagang di pasar tradisional yang menjual Rp 180 ribu per kilogram.

Seiring dengan meroketnya harga cabai sejak beberapa bulan terakhir, lanjut dia,membuat ibu rumah tangga membantasi pembelian. Bahkan, tidak jarang mereka mengganti cabai dengan bumbu masakan instan dalam kemasan.

Informasi yang dihimpun Antara dari sejumlah pedagang di Pasar Induk Pasir Hayam Cianjur hingga saat ini harga cabai masih tinggi berkisar di angka Rp 140 ribu sampai Rp 180 ribu per kilogram.

Masih tingginya harga cabai karena minimnya pasokan dari tengkulak karena cuaca ekstrem yang masih melanda sebagian besar wilayah penghasil cabai.

"Kalau cabai rawit merah, masih Rp 140 ribu sampai Rp180 ribu per kiloram. Akan tetapi, cabai rawit hijau Rp 50 ribu per kilogram. Jenis cabai lainnya naik-turun, seperti cabai tanjung dari Rp 40 ribu per kilogram turun menjadi Rp 23 ribu per kilogram menjadi Rp 35 ribu per kilorgram," kata Hendi (35), pedagang cabai di Pasar Induk Pasirhayam Cianjur.

Tingginya harga cabai, menurut dia, karena harga dari bandar yang relatif mahal yang mencapai Rp125 ribu per kilogram, sedangkan harga beli dari luar kota lebih tinggi sebesar Rp 130 ribu per kilogram.

"Kami tidak tahu pasti harga mahal itu apakah dari petani atau permainan bandar karena kami pernah mendapat informasi harga dari petani tidak lebih dari Rp 50 ribu per kilogram. Kami terpaksa membeli untuk menutupi pesanan dan stok untuk berjualan," katanya.

Namun, dia dan puluhan pedagang lainnya menduga kenaikan harga karena cuaca ekstrem yang masih berlangsung sehingga hasil panen petani menurun dan berdampak pada stok cabai yang minim.

"Pengaruh besar kenaikan harga karena stok minim. Hasil panen banyak yang busuk," katanya.

Ia menambahkan bahwa tingginya harga dari bandar membuat pedagang tidak ikut mematok harga tinggi dengan harapan penjualan tetap stabil. Dengan demikian, mereka hanya mengambil keuntungan tipis dengan harapan barang yang ada terjual dan tidak membusuk.

"Jumlah pembeli lebih sediikit kalau kami ikut menaikkan harga lebih tinggi. Untuk menjual cabai 5 kg dalam sehari itu sudah bagus karena pembeli membatasi kebutuhan cabai," katanya.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Perindustrian dan Perdagangan (DiskopPerindag) Cianjur menilai kenaikan harga cabai rawit dan cabai lainnya di pasaran merupakan ulah dari tengkulak dan pedagang nakal.

Kepala Diskoperindag Himam Haris menyebutkan terdapat selisih harga yang signifikan di setiap pasar. Beberapa pedagang di sejumlah pasar menyatakan harga di atas Rp 120 ribu per kilogram untuk cabai rawit, padahal di pasar lainnya berkisar sebesar Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu per kilogram.

"Kami akan melakukan kembali sidak secara acak ke sejumlah pasar yang ada di Cianjur. Pasalnya, di sejumlah pasar tersebut harga cabai berbeda-beda. Kami akan tindak tegas tengkulak, bandar, dan pedagang nakal yang mempermainkan harga," katanya.

 

[antara]


0 Komentar