Sabtu, 25 November 2017 11:18 WIB

PDIP Sudah Tepat Pemecatan Emil Dardak

Editor : Rajaman
Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur, Soekarwo (kiri) bersama SBY, Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Pendiri The Indonesian Public Institute, Karyono Wibowo mengatakan, sikap tegas PDI Perjuangan (PDIP) yang memecat Bupati Trenggalek, Emil Dardak dari keanggotaan partai merupakan langkah yang tepat. Sebab, sikap Emil yang lebih memilih menerima lamaran partai lain untuk maju sebagai calon wakil gubernur Jatim mendampingi Khofifah Indar Parawansa adalah salah satu bentuk indisipliner.

"Bahkan kategorinya bisa disebut sebagai pengkhianat jika merujuk dari sejarah ketika Emil menjadi calon bupati Trenggalek yang telah didukung penuh oleh PDI Perjuangan hingga ia menjadi bupati," kata Karyono saat dihubungi, Sabtu (25/11/2017).

"Tak hanya itu, Emil Dardak juga pernah dinobatkan sebagai kader partai sebagai bentuk penghargaan kepada anak muda karena dinilai sebagai tokoh muda yang cerdas, visioner dan memiliki idealisme," imbuhnya.

Akan tetapi, lanjut Karyono, lain dulu lain sekarang. Kini, suami artis Arumi Bachsin itu lebih memilih berseberangan dengan PDI Perjuangan pada Pilgub Jatim 2018.

Ironisnya, anak mantan Wakil Menteri Pekerjaan Umum di era pemerintahan SBY ini memilih berhadapan dengan partai yang dulu mendukung penuh dirinya hingga berhasil menjadi bupati. "Sikap Emil ini mencerminkan karakter orang yang tidak tau balas budi,” ujar Karyono.

Karyono mengatakan, keputusan tersebut memang merupakan hak seseorang. Namun dalam perspektif lain, menurut dia, sikap Emil yang mengambil posisi diametral berhadapan dengan PDI Perjuangan dalam Pilgub Jatim tampaknya bukan sekadar ambisi pribadi Emil, tetapi patut diduga merupakan skenario politik untuk memecah suara dan mengganggu PDI Perjuangan secara psikologis.

Namun demikian, munurut Karyono, PDI Perjuangan tak perlu khawatir karena Emil bukan faktor signifikan dalam menentukan kemenangan di pilkada Jatim. Upaya untuk memecah suara pemilih PDI Perjuangan juga tidak akan maksimal.

"Sosok Emil bukan tokoh penting yang berpengaruh di internal PDI Perjuangan karena status Emil di PDI Perjuangan ibarat hanya 'anak pungut' yang kini sedang dipungut lagi oleh pihak lain," ujar Karyono.

Pun demikian, jika dilihat dari aspek elektabilitas. Menurut Karyono, PDI Perjuangan tidak perlu terlalu khawatir karena saat ini elektabilitas cagub Jatim yang diusungnya, Saifullah Yusuf masih jauh di atas Khofifah.

"Jika dibandingkan antara Azwar Anas dengan Emil Dardak yang posisinya sama sama sebagai bupati, sosok Azwar Anas di Banyuwangi lebih berprestasi ketimbang Emil di Trenggalek dalam memimpin daerah," ujarnya.

Bahkan, kata dia, popularitas Anas sudah menembus atmosfer nasional karena namanya masuk salah satu kepala daerah berprestasi. Menurutnya, faktor prestasi dan bukti nyata memang merupakan instrumen penting yang menjadi pertimbangan pemilih untuk menentukan pilihan.

"Sementara Emil baru menjadi bupati kurang lebih 2 tahun. Dia belum tuntas menyelesaikan program-programnya sesuai janji kampanyenya," ujar Karyono.

"Karenanya, jika ingin berhasil naik ke level yang lebih tinggi, semestinya Emil harus bersabar, ukir prestasi telebih dahulu dan meningkatkan investasi sosial (social capital) sebagai bekal untuk melaju di tingkat lebih tinggi," ujarnya lagi.

Sebelumnya, Bupati Trenggalek, Emil Dardak menghormati pemecatannya sebagai kader yang dilakukan oleh PDI Perjuangan (PDIP).

Pemecatan dilakukan PDI-P setelah Emil Dardak hendak maju sebagai calon wakil gubernur pada Pilkada Jawa Timur, mendampingi Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.

“Intinya kami harus saling menghormati apa yang menjadi pilihan masing-masing. Saya pun menghormati pilihan politik dan langkah yang dipilih oleh Sekjen (PDI-P),” kata Emil saat dihubungi, Jumat (24/11/2017).

Emil Dardak mengaku telah berkomunikasi dengan Sekjen PDI-P Hasto Kristianto sebelum memutuskan untuk maju mendampingi Khofifah yang rencananya bakal diusung Golkar, Nasdem, PPP, dan Demokrat.

Saat ditanya apakah dirinya telah mengantongi kartu tanda anggota (KTA) PDI-P, ia tidak membenarkan namun tak menampik.

Emil mengatakan, dirinya pernah mengikuti sekolah calon kepala daerah di PDI-P. Karena itu, ia akan tetap menghargai PDI-P sebagai partai yang mengantarkannya memenangkan Pilkada Trenggalek.

Ia pun tak ingin mempermasalahkan desas-desus keanggotaannya di Partai Demokrat maupun Partai Golkar sebagai partai yang berencana mengusungnya.

“Ini saya tidak mau membahas mengenai itu (keanggotaan partai). Karena tentunya ini yang kita bahas lebih lanjut juga tidak membawa satu hal positif terhadap kebersamaan kami. Sampai hari ini parpol-parpol yang mengusung kami ini selalu tenteram bersama-sama,” kata dia.

Pernyataan PDI-P yang telah memecat Emil diungkapkan Hasto Kristiyanto. Pemecatan dilakukan setelah Emil bersedia mendampingi Khofifah dalam Pilkada Jatim 2018.

Padahal, PDI-P telah menyatakan dukungan kepada pasangan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.

“Ketika seorang maju dari partai lain dengan ambisi pribadi dan mungkin karena sebuah mimpi-mimpi mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi, partai mengambil sikap tegas, memberikan sanksi pemecatan,” ujar Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto di Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (23/11/2017).


0 Komentar