Selasa, 09 Januari 2018 15:27 WIB

Pilgub Jabar Seperti Perang Jenderal

Editor : Yusuf Ibrahim
Deddy Mizwar (kiri) bersama Dedi Mulyani (Dua DM). (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Calon Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, mengibaratkan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2018-2023 sebagai "Perang Jenderal" dengan adanya beberapa jenderal TNI dan Polri yang mengikuti pemilihan kepala daerah tahun ini.

"Tahun 2013 Pilgub Jabar itu 'Perang Bintang', ada Dede Yusuf, Rieke Dyah Pitaloka dan saya sendiri dan tahun 2018 Pilgub Jabar itu diwarnai 'Perang Jenderal' karena ada Jenderal Sudrajat, Jenderal Tb Hasanudin dan saya sendiri Jenderal Naga Bonar," kata Deddy saat menyampaikan sambutan pada deklarasi Pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyani (Dua DM) di Gedung Sabuga Bandung, Selasa (09/01/2018).

Deddy menyebut dirinya sebagai Jenderal Naga Bonar merujuk pada perannya dalam film komedi "Naga Bonar" tahun 1987, yang disutradari oleh M.T Risyaf.

Pemilihan Gubernur Jawa Barat, menurut dia, penting dan strategis karena akan berpengaruh terhadap penduduk yang jumlahnya sampai 47 juta, dua kali dari jumlah penduduk Australia.

"Tentunya bukan hal yang mudah untuk membenahi Jabar karena itu Jabar menjadi sangat seksi. Pilkada Jabar dengan penduduk sangat besar membutuhkan kematangan dan kedewasaan pemimpinnya sehingga saya akan daftar ke KPU Jawa Barat siang ini," kata dia.

Dia juga berharap perbedaan pilihan dalam Pilkada Jawa Barat 2018 tidak sampai menimbulkan perpecahan. "Jangan sampai kita jadi pecah belah tapi harus bersinergi dan memuliakan harkat dan derajat masyarakat Jawa Barat dan bisa lebih mensejahteraan masyarakat Jawa Barat," katanya.

Deddy mengaku sempat berpikir untuk mundur dalam ajang Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat beberapa waktu lalu.

"Setelah kehilangan kereta saya berpikir lebih baik saya mundur. Tapi saya ingat, waktu itu saya bertemu seorang kakek di Desa Cisereuh, saat meresmikan sebuah jembatan. Dia peluk saya sambil berkata begini ke saya, '70 tahun saya menantikan jembatan ini'," kata dia.

Peristiwa itu, menurut dia, menjadi titik balik, memantapkan kembali niatnya mengikuti pemilihan kepala daerah.

"Jawa Barat membutuhkan ribuan jembatan seperti itu, Alhamdulillah saya bertemu dengan Kang Dedi Mulyadi, mungkin ini suratan tangan Tuhan, lalu ada campur tangan sehinga kami berdua mendapatkan tanda tangan (dukungan dari parpol)," kata dia.

"Perjalanan kami berdua itu bisa dikatakan agak sedikit tragedi tapi bisa juga jadi komedi. Setelah saya ditinggal kereta dua kali. Kang Dedi Mulyadi kehilangan kereta sekali tapi akhirnya jadi masinis," kata dia.(ant)


0 Komentar