Selasa, 30 Januari 2018 16:26 WIB

Pengetahuan Masyarakat Pengelolahan Mutiara Masih Minim

Editor : Amri Syahputra

JAKARTA, Tigapilarnews.com - Indonesia sebagai negara maritim telah banyak memberikan kesempatan besar bagi anak bangsa untuk mengeksplorasi kekayaan lautnya. Dalam hal ini mutiara  salah satunya kekayaan dari laut yang dihasilkan oleh air liur kerang yang banyak ditemukan di pantai bagian timur.

Namun, pengetahuan masyarakat tentang mutiara di Indonesia yang belum memadai mengakibatkan kekayaan alam ini tidak maksimal di manfaatkan.

Pada prinsipnya, moluska bercangkang berpeluang menghasilkan mutiara secara alami. Namun tidak semua kerang bisa menghasilkan mutiara yang bagus dan memiliki nilai beli yang lumayan.

Perlu digaris bawahi, Indonesia tidak memiliki mutiara air tawar. Jadi, jika Anda menemukan mutiara air tawar di etalase toko, ada baiknya dikonfirmasi kembali apakah itu betul hasil budidaya Indonesia atau bukan.

Kerang penghasil mutiara umumnya berasal dari famili Pteriidae, namun yang umum dikenal hanya jenis-jenis tertentu seperti gold atau silver-lip pearl oyster (kerang mutiara bibir emas atau bibir perak) Pinctada maxima, black-lip pearl oyster (kerang mutiara bibir hitam) Pinctada margaritifera, Akoya pearl oyster (kerang mutiara Akoya) Pinctada fucata dan the winged-pearl oyster (kerang mutiara bersayap) Pteria penguin. Semua anggota famili ini hidup di laut. Sedangkan moluska lain penghasil mutiara yang sejauh ini dikenal berasal dari kelompok abalone dan beberapa gastropoda lain serta beberapa jenis kerang bivalvia air tawar.

Mutiara air laut jauh lebih kuat dibanding mutiara air tawar. Adapun perbedaan warna mutiara air tawar memiliki warna seperti pink, peach, abu-abu, biru dan putih, sementara mutiara air laut selain memiliki warna-warna tadi juga dapat menghasilkan warna seperti imperial gold.

Selain itu, dari segi perawatan dan waktu yang diperlukan dalam memanen juga berbeda. Setiap dua minggu setiap kerangnya harus dibersihkan. Jadi bayangkan, sektor ini padat karya sekali.

Masalahnya, makin gencarnya negara-negara lain untuk serius membudidayakan kerang mutiara air tawar, menjadikan mutiara air laut Indonesia menjadi eksportir terbesar di dunia mulai terancam. Salah satu faktor keunggulan mutiara air tawar adalah waktu yang lebih pendek untuk panen mutiara, tetapi bisa menghasilkan jumlah yang lebih besar.

Dengan harga yang lebih terjangkau, akses masyarakat kepada mutiara air laut makin menyempit. Belum lagi jarak yang jauh untuk panen mutiara air laut. Bayangkan saja, butuh waktu satu hari penuh untuk memanen mutiara yang dibudidaya di pulau-pulau yang jaraknya harus dicapai dengan pesawat.

Kendala lainnya adalah mutiara yang telah dibudidayakan di Indonesia akan diekspor ke luar negeri untuk dilelang. Para pembelinya terdiri dari pengusaha besar yang menjual ke suplier yang meyetok untuk para pengrajin. Dengan rantai dagang yang panjang mengakibatkan barang tercampur sehingga tidak ada lagi Indonesia south sea pearl.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, eskpor kerajinan mutiara pada 2014 mengalami kemorosotan, yaitu dari US$441.654 pada 2013 menjadi US$43.274. Adapun untuk perhiasan sekelas logam mulia dan emas masing-masing sudah mencapai US$4 miliar dan US$1,7 miliar pada 2015.

Kendati masih belum bisa menyamai emas ataupun logam mulia, mutiara juga bisa jadi alternatif pilihan untuk dijadikan sebagai alat investasi. Dengan catatan harus dilakukan perawatan secara rutin karena bagaimanapun juga mutiara adalah hasil dari makhluk hidup, berbeda dengan batuan alam yang sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu. 

Wawan Ridwan, Director of Coral Triangle Program WWF-Indonesia menambahkan, kualitas mutiara terbaik hanya akan dihasilkan dari tiram-tiram yang sehat dan berkembang biak di ekosistem laut yang sehat khususnya di area ekosistem terumbu karang.

Target pemerintah Indonesia untuk menetapkan 20 juta hektare kawasan konservasi perairan laut secara tidak langsung akan mendukung aktivitas industri budidaya mutiara, selain mendukung upaya Indonesia dalam melestarian keanekaragaman hayati laut.

Oleh karena itu, WWF Indonesia sebagai salah satu lembaga konservasi keanekaragaman hayati dan pelestarian lingkungan sangat mendukung inisiatif dan upaya untuk memajukan industri budidaya mutiara yang bertanggung jawab di Indonesia.


0 Komentar