Selasa, 25 September 2018 19:05 WIB

Krisis Air Bersih di Mojekerto Semakin Meluas

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi air bersih. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Beberapa daerah di wilayah Kabupaten Mojokerto mengalami krisis air bersih sejak beberapa bulan lalu.

Meski beberapa waktu lalu hujan mulai turun, namun wilayah krisis air bersih semakin meluas. Setidaknya ada empat desa yang dinyatakan darurat air bersih.

Di Kecamatan Ngoro, terdapat tiga desa yang sejak lama sebelumnya mengalami krisis air bersih. Di antaranya Desa Kunjorowesi, Manduro Mangungajah dan Kutogirang. 

Tiga wilayah tersebut berada di lereng Gunung Penanggungan dan sejak beberapa waktu lalu telah mendapatkan bantuan air bersih secara rutin meski belum mencukupi kebutuhan warga. Krisis air bersih juga dialami warga DesaMadureso, Kecamatan Dawarblandong. 

Di wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Gresik ini, krisis air bersih mulai meluas dan menimpa empat desa lainnya. Di antaranya adalah Desa Simongagrok, Cinandang, Dawar blandong, dan Pulorejo. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga terpaksa membeli dengan harga yang dirasa cukup memberatkan.

Tak hanya krisis air bersih, sejumlah desa yang menjadi peta darurat bencana itu, lahan pertanian warga juga ikut mengering. Praktis, banyak lahan petani yang tak tergarap lantaran keringnya sungai maupun waduk yang biasanya menjadi andalan irigasi. 

”Tanggal 16 September 2018, empat desa di Kecamatan Dawarblandong itu telah kita tetapkan status tanggap darurat bencana,” terang Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto Muhammad Zaini, Selasa (25/9/2018).

Di wilayah krisis air bersih ini, ujar Zaini, pihaknya telah menyiapkan tandon air bersih. Namun karena cuaca ekstrim, persediaan di tandon air kini menipis dan memerlukan pasokan lebih. Menurutnya, setiap hari pihaknya mengirim air bersih 5.000 liter per desa. ”Sebenarnya kebutuhan warga lebih banyak dari itu. Ini menjadi atensi kami,” tambahnya.

Di delapan desa tersebut, krisis air bersih selalu dialami warga saat musim kemarau. Menurut Zaini, sejatinya harus ada upaya permanen untuk mengentas krisis air bersih tahunan itu dengan membuat saluran pipa air. 

Namun menurutnya, hal ini masih terus diupayakan mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk itu. ”Memang butuh solusi jangka panjangnya. Untuk jangka pendeknya, kita kirim air bersih setiap hari,” paparnya.

Sementara selain mendapat bantuan dari BPBD Kabupaten Mojokerto, delapan desa krisis air bersih ini juga mendapatkan bantuan dari lembaga dan instansi pemerintah dan relawan. Beberapa waktu lalu, Polres Mojokerto juga memberikan bantuan air bersih di sejumlah desa krisis di Kecamatan Ngoro.(exe/ist)


0 Komentar