Jumat, 17 April 2020 13:27 WIB

Pemerintah Beri Stimulus Fiskal dan Moneter Guna Menahan Penurunan Ekonomi Akibat Corona

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Virus Corona atau Covid-19 yang melanda banyak negara membuat ekonomi global bergejolak.

Beberapa lembaga internasional pun sudah mengeluarkan proyeksi laju pertumbuhan di berbagai negara termasuk Indonesia. Untuk ekonomi dunia saat ini sudah pasti resesi, dengan resesi itu memberikan dampak terhadap laju ekonomi negara lain termasuk Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi di atas 0%. "Jadi IMF memprediksi hanya tiga negara yang pertumbuhannya di atas 0%, China, India, dan Indonesia, dan yang lain negatif. Artinya tahun ini resesi sudah, kita tidak bicara tidak resesi," kata Airlangga, Jumat (17/4/2020).

Airlangga bilang pemerintah sudah menyiapkan banyak upaya salah satunya pemberian stimulus fiskal dan moneter yang diharapkan dapat menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi nasional akibat pandemi virus Corona.

Pemerintah sendiri sudah mengalokasikan anggaran mencapai Rp 438,3 triliun untuk menanggulangi Corona. Anggaran tersebut untuk stimulus I sektor pariwisata sebesar Rp 10,3 triliun, stimulus II sebesar Rp 22,9 triliun, dan stimulus III sebesar Rp 405,1 triliun.

Adapun total dana insentif yang mencapai Rp 405,1 triliun dialokasikan sebesar Rp 75 triliun untuk belanja bidang kesehatan, Rp 110 triliun untuk perlindungan sosial, Rp 70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat (KUR), serta Rp 150 triliun untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional.

Meski proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menurut, Airlangga mengatakan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi melonjak drastis di tahun 2021. Dia bilang IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di aras 8% pada tahun 2021.

"IMF pun optimis bahwa tahun depan situasi akan membaik, oleh karena itu IMF dalam rilis kemarin malam mendorong, mem-publish bahwa Indonesia pertumbuhannya di atas 8%. Jadi yang tinggi itu adalah Indonesia, China, dan India," jelasnya.

"China pun diprediksi 9%, bah kita kalau China naik 9% kita 8% yang mereka prediksi, walaupun pemerintah lebih konservatif kita mendorongnya sekitar 5%," tambahnya.

Dalam laporan IMF 'World Economic Outlook: The Great Lockdown'. IMF memproyeksikan ekonomi nasional tumbuh di level 0,5% selama tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi yang berada di level 0,5% sejalan dengan laju ekonomi dunia yang diproyeksi mengalami resesi -3% di tahun 2020. Proyeksi tersebut jauh lebih buruk daripada krisis keuangan tahun 2008-2009.

IMF menilai COVID-19 telah mengganggu sistem perdagangan internasional. Sehingga kinerja perdagangan negara seluruh dunia pun terganggu, begitupun Indonesia yang sampai saat ini kinerja ekspornya masih mengandalkan komoditas. Meski demikian, IMF juga memproyeksikan ekonomi negara berkembang termasuk Indonesia kembali membaik di tahun 2021. Proyeksi IMF menunjukkan ekonomi Indonesia bisa tumbuh di level 8,2% pada tahun 2021.

Pasalnya pandemi virus Corona diprediksi akan mulai selesai pada semester II-2020. Setelah itu, kegiatan ekonomi akan berjalan normal dan ekonomi dunia akan kembali tumbuh diikuti oleh negara-negara berkembang lainnya. "Rebound pada 2021 sangat bergantung pada memudarnya pandemi di paruh kedua tahun 2020," tulis IMF.(dtk)


0 Komentar