Jumat, 04 Februari 2022 14:13 WIB

AS Siapkan Sanksi Ekonomi untuk China Jika Bantu Rusia terkait Ukraina

Editor : Yusuf Ibrahim
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews,com- Amerika Serikat (AS) mengancam China dengan sanksi ekonomi jika membantu Rusia melewati sanksi yang akan dijatuhkan Washington terkait krisis Ukraina.

Ancaman ini disampaikan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price. "AS memiliki serangkaian alat yang dapat kami gunakan jika kami melihat perusahaan asing, termasuk yang ada di China, melakukan yang terbaik untuk mengisi kembali tindakan kontrol ekspor AS, untuk menghindarinya, untuk menyiasatinya," kata Price selama konferensi pers pada hari Kamis waktu Washington atau Jumat (4/2/2022) WIB.

“Jika Rusia berpikir bahwa itu akan berada dalam posisi...untuk mengurangi beberapa konsekuensi tersebut, dengan hubungan yang lebih dekat dengan [China], itu tidak terjadi. Ini benar-benar akan membuat ekonomi Rusia, dalam banyak hal, lebih rapuh,” lanjut Price, mengacu pada sanksi hipotetis AS terhadap Moskow atas kemungkinan invasi ke Ukraina.

Price terus memperingatkan Rusia bahwa mereka tidak dapat bertahan tanpa Barat, dengan mengeklaim;"Jika Anda menyangkal kemampuan Anda untuk bertransaksi dengan Barat, untuk mengimpor dengan Barat, dari Eropa, dari Amerika Serikat, Anda akan secara signifikan menurunkan kapasitas produktif dan potensi inovatif Anda.”

Dalam konferensi pers yang sama, Price mengeklaim memiliki bukti intelijen AS bahwa Rusia merencanakan operasi "false flag" atau "bendera palsu" terhadap Ukraina. Maksudnya, Moskow akan mengarang serangan oleh pasukan Kiev untuk dijadikan dalih pembeneran untuk agresi militer terhadap Ukraina.

Namun, Price dikecam seorang jurnalis AP karena menolak memberikan satu bukti pun kepada publik untuk membenarkan klaim tersebut. Moskow telah berulang kali menepis tuduhan bahwa mereka merencanakan invasi terhadap Ukraina sebagai "histeria" dan "berita palsu".

Bahkan, Kiev pada satu titik telah mengkritik pejabat dan media Barat karena merusak ekonominya dengan ketakutan terus-menerus tentang perang yang akan segera terjadi.(tar)


0 Komentar