Kamis, 07 Juli 2022 14:41 WIB
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Pemprov DKI Jakarta berkomitmen untuk tumbuh sebagai kota yang berkelanjutan.
Hal ini dibuktikan dengan tata kota berorientasi transit, di mana kemudahan dan kenyamanan nyata dirasakan warga dalam berpindah antarmoda transportasi publik. Sebagaimana komitmen yang dipegang teguh, kawasan berorientasi transit makin dikembangkan dengan terobosan dan inovasi baru.
Paradigma pembangunan yang digunakan pun berubah, dari berorientasi kendaraan pribadi atau Car Oriented Development (COD) menjadi berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menginisiasi pembangunan fasilitas interkoneksi bawah tanah pertama di jalur MRT sebagai upaya mewujudkan jaringan interkoneksi bawah tanah dan seamless urban mobility di kawasan berorientasi transit.
Terowongan pejalan kaki yang menghubungkan antara Gedung Thamrin Nine UOB dan Stasiun Dukuh Atas BNI ini merupakan bukti nyata kerja kolaboratif, dalam hal ini fasilitas transportasi publik dan bangunan komersial di lahan privat, akan menghadirkan kemudahan bermobilitas.
"Ini hari yang bersejarah, ini sejarah baru di Jakarta dan Indonesia karena kita memulai sebuah proyek pembangunan jalan pedestrian di bawah tanah, di mana penumpang MRT nantinya akan melewati tunnel yang langsung menjangkau gedung-gedung di sekitar stasiun. Terowongan ini akan menjadi permulaan dari terwujudnya jaringan interkoneksi bawah tanah di rute MRT yang bukan hanya memudahkan pola pergerakan tapi juga mengaktivasi ruang bawah tanah sebagai ruang produktif baru di Jakarta," terang Anies usai groundbreaking di Thamrin Nine Complex, Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (7/7/2022).
Selain itu, Anies mengatakan, pembangunan terowongan pejalan kaki ini juga merupakan gambaran masa depan terkait peningkatan integrasi transportasi publik yang selama ini dikerjakan oleh Pemprov DKI.
Pada level 1 integrasi menghubungkan antarmoda seperti stasiun MRT dihubungkan dengan halte Transjakarta, stasiun KRL Commuter Line, dan angkutan umum lainnya. Sedangkan, pada level 2 integrasinya menghubungkan stasiun dengan tempat kerja.
“Kita ingin perpindahan dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum adalah perpindahan yang rasional, secara hitungan waktu dan biaya lebih murah. Dengan begitu, perhitungan waktu, biaya dan kenyamanan akan didapat semua. Bayangkan gedung yang tingginya 40 lantai punya akses ke stasiun, maka akan ada ribuan orang yang bekerja di gedung tersebut berpindah naik transportasi umum. Semoga pembangunan ini bisa selesai tepat waktu, tepat biaya dan berkualitas,” paparnya.
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan, membangun interkoneksi terowongan pejalan kaki ini merupakan kerja kolaborasi bersama pihak Thamrin Nine Complex.
"Hari ini juga kami menandatangani nota kesepahaman dengan Samsung C&T Corporation terkait investasi TOD, skema pembiayaan pengembangan sistem perkeretaapian perkotaan dan peremajaan perkotaan dengan Standard Chartered Bank, dan partisipasi perusahan Jepang dalam penyelenggaraan TOD di Jakarta dengan Oriental Cons ultants Global,” kata William.
William menjelaskan, sejumlah gedung di sekitar Stasiun MRT Jakarta masih memiliki potensi untuk pembangunan koneksi bawah tanah.
"Sejauh ini, sejumlah gedung di sekitar Stasiun MRT Jakarta sangat berpotensi untuk terkoneksi secara langsung, seperti Wisma Nusantara dan Hotel Pullman dengan Stasiun Bundaran HI, Sudirman 7.8 dengan Stasiun Setiabudi Astra, Wisma Intiland dengan Stasiun Bendungan Hilir, Menara Mandiri dengan Stasiun Istora Mandiri, dan yang sedang dibangun dan akan diresmikan bulan depan, yaitu Poins Square dan Stasiun Lebak Bulus,” bebernya.
“Jaringan interkoneksi ini akan berdampak dua hal, yaitu kenaikan angka keterangkutan MRT Jakarta dan keberlanjutan pelaku ekonomi di sekitar stasiun MRT Jakarta, terutama peluang bertumbuh,” pungkasnya.(kah)