Senin, 06 Maret 2023 19:51 WIB

Mahasiswa dan Pemuda Didorong Banyak Membaca Buku Serta Berdiskusi

Editor : Yusuf Ibrahim
Ilustrasi membaca buku. (foto istimewa)

JAKARTA, Tigapilarnews.com- Mahasiswa Indonesia diharap tidak ragu bermimpi setinggi mungkin dan berimajinasi. Namun mimpi itu juga harus dibarengi dengan banyak membaca buku, menggali ilmu, dan berdiskusi.

Hal ini disampaikan Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) Hasto Kristiyanto dalam kuliah umum bertema Reaktualisasi Pemikiran Bung Karno Saat Ini Menyongsong Indonesia Emas 2044 Universitas Negeri Makassar (UNM), Sulawesi Selatan (Sulsel), Senin (6/3/2023).

Kuliah umum ini diikuti ratusan mahasiswa dan civitas akademika. Menurut Hasto, mengasah kepemimpinan dengan membaca buku, menggali ilmu, dan berdiskusi juga dilakukan oleh para pendiri bangsa seperti Soekarno, Mohamad Hatta, Agus Salim, dan Ali Sastroamidjojo.

Karena itu, ia mengajak para mahasiswa dan anak muda Indonesia membangun tradisi intelektual dengan banyak membaca buku serta berdiskusi. Karena itu adalah bagian dari dialektika pertama dan kedua di tradisi intelektual Soekarno. Hasil dari dialektika tersebut adalah kemampuan untuk bermimpi dan berimajinasi akan sebuah perbaikan ke arah lebih baik.

"Jadi jangan pernah ragu bermimpi. Dari situ muncul imajinasi dan geest atau semangat juang. Kalau tidak melakukan dialektika pertama dan kedua, tidak akan berimajinasi. Mahasiswa saatnya berpikir apa problem rakyat kita," kata Hasto.

Tak hanya Soekarno, Mohammad Hatta dan Agus Salim juga menggunakan rumus yang sama. Meski cara merespons ketiga berbeda, tapi saling melengkapi. Dari para pendiri bangsa, kata Hasto, bisa dipelajari segala sesuatu dimulai dari tradisi intelektual. "Maka rajinlah membaca dan diskusi. Karena tanpa olah pikir dan olah rasa, takkan bisa kemudian membangun semangat juang, tidak akan ada imajinasi masa depan," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Hasto juga mengkritisi kondisi bangsa Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam tapi sedikit mahasiswa atau perguruan tinggi yang melakukan riset. Ia menyitir kritik Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang tak mendengar riset perguruan tinggi soal makanan bergizi di tengah isu stunting.

"Tidak ada negara sekaya kita dalam wisata kuliner. Sampai ada Buku Mustika Rasa. Australia dan Singapura iri kalau datang ke tempat kita. Tapi kenapa tidak pernah riset akan hal ini? Ibu Mega pernah memberikan kritik pada perguruan tinggi. Kita memiliki makanan yang bergizi kenapa kita menghadapi stunting. Ini ancaman 30-40 tahun bagi kita. Pentingnya kaum perempuan, dan kampus melakukan riset yang membumi," kata Hasto.

Hasto juga menceritakan pengalaman pribadi sejak bersekolah, mahasiswa, bekerja sebagai pegawai, hingga terjun ke dunia politik. "Pengalaman saya dulu di kampus pernah jadi ketua senat, pada usia 38 tahun saya jadi anggota DPR RI. Saya terinspirasi buku karya Jim Collins. Dari buku tersebut, sama dengan Bung Karno, kita diajarkan kita harus punya imajinasi," katanya.

Sementara itu, Rektor UNM Husain Syam menyatakan, ajaran-ajaran Bung Karno masih sangat relevan dan bahkan fundamental bagi Indonesia. Wujudnya seperti dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila, hingga Bhinneka Tunggal Ika.
 

Di hadapan para mahasiswa dan sivitas akademika yang hadir, ia bernostalgia tentang sejumlah tulisan ditempel di dinding kelas saat masih bersekolah dasar. Misalnya, tulisan berisi pernyataan Bung Karno, "kutitipkan bangsa dan negara ini kepadamu". "Apa maknanya, beliau telah berjuang habis-habisan membawa Indonesia merdeka, dan saatnya tugas kita agar isilah kemerdekaan dengan penuh perjuangan dan sumber daya manusia berkualitas, sehingga negara ini menjadi maju. Ada amanat kita harus mengambil tanggung jawab di sana," katanya.

Tulisan lain adalah ucapan Bung Karno, "berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kugoncangkan dunia". Menurutnya, kata-kata ini berusaha menginspirasi kaum muda bahwa pemuda adalah kata kunci dalam seluruh sejarah pergerakan republik ini.

"Mulai 1909, 1928, 1945, 1966, 1998. Semua dilakukan anak muda seperti Anda semua mahasiswa. Belum pernah ormas agama, apakah NU atau Muhammaidyah, menyeponsori lahirnya perubahan yang ada. Tak pernah mampu kalau hanya ormas, yang bisa lakukan itu hanya kaum muda intelektual," ujarnya.

Ada satu lagi ucapan Bung Karno yang digantung di dinding kelas saat SD, yakni agar menggantungkan cita-cita setinggi langit, karena jikalau pun engkau jatuh, akan jatuh di antara bintang-bintang. "Intinya, Bung Karno, dalam ingatan saya, menjadi semacam motivator agar kita berani bermimpi dan bangkit mencapainya," kata Husain.(kah)


0 Komentar