Jumat, 29 April 2016 12:07 WIB

Panglima TNI : Dampak Proxy War Sudah Terasa

Editor : Hendrik Simorangkir
JAKARTA, Tigapilarnews.com : Ancaman bangsa,  termasuk di antaranya radikalisme dan terorisme, sudah merasuk ke dalam sendi-sendi kehidupan. Hal tersebut mengakibatkan perubahan drastis perilaku masyarakat Indonesia.


Demikian disarikan dari penjelasan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, saat memberikan Kuliah Umum di hadapan ribuan Mahasiswa dan Mahasiswi Universitas Lampung (Unila), Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan unsur Pemda Kabupaten Kota se-Provinsi Lampung, di Gedung Serba Guna Unila, Lampung, Kamis 28/4/2016).


Masyarakat kita yang tadinya santun, gotong royong, dan rukun, tiba-tiba menjadi berubah. Sampai-sampai terjadi pembunuhan sadis, perkelahian antarsuku, agama, dan antarkelompok warga. Bahkan yang sangat memprihatinkan adalah terjadinya 22 kasus kekerasam di lingkungan akademis, dalam kurun tiga tahun. Yakni berupa pembakaran kampus yang dilakukan oleh mahasiswa. Hal ini merupakan bentuk ancaman dari tangan-tangan jahat yang tidak terlihat dan merekayasa semuanya,” papar Panglima TNI.


Dalam pembekalan bertajuk “Dalam Perjuangan Menuju Indonesia Raya Peran Civitas Akademika Sangat Strategis”, Panglima TNI menjelaskan, Indonesia juga tengah mewaspadai penyebaran proxy war. Jenis peperangan ini, kata Panglima, termasuk kategori perang yang mematikan. 


Proxy War sendiri diartikan sebagai peristiwa saling adu kekuatan di antara dua pihak yang bermusuhan, dengan menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga ini, dijelaskan Panglima TNI, merupakan pihak yang tidak dikenal oleh siapapun, kecuali pihak yang mengendalikannya dari jarak tertentu.


Oleh karena itu, pihak-pihak seperti mahasiswa, ormas, lembaga masyarakat, dan perorangan disinyalir mudah menjadi boneka atau pihak ketiga tersebut. Saat ini sudah terasa adanya Proxy War. Itu sudah mulai kita waspadai, karena sudah menyusup ke sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara, dan berkeluarga. Caranya dengan menguasai media di Indonesia, dengan menciptakan adu domba TNI-Polri, rekayasa sosial, perubahan budaya, pemecah belah partai, dan penyelundupan narkoba. (Pemantauan proxy war) sudah jauh-jauh hari dilakukan,” ujarnya. 


Guna mengatasi permasalahan tersebut, menurut Panglima TNI, semua komponen bangsa harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan yang cukup, keahlian sesuai bidangnya, serta menempa diri dengan pengalaman yang nyata di lapangan. Dengan begitu, sambung dia, terbentuk karakter individu bangsa Indonesia yang kuat dan berwawasan kebangsaan.


Pada akhirnya, dengan kekuatan karakter individu yang kuat tersebut, Panglima TNI menandaskan, bangsa Indonesia akan mampu melawan dan menghancurkan proxy war di Indonesia. Lebih lanjut, Panglima TNI meminta agar warga bangsa tidak menyerah terhadap semua ancaman. Sebab, masyarakat Indonesia sejatinya memiliki modal geografi dengan potensi menjadi negara agraris yang berkelimpahan sumber daya alam.


"Sebagai negara maritim, kita memiliki sumber daya alam kelautan yang melimpah. Jika kedua potensi tersebut dikelola dan dikembangkan, maka akan menjadi daya tawar yang sangat besar bagi bangsa Indonesia," katanya.


 
0 Komentar