Senin, 09 Mei 2016 21:00 WIB

Akbar Tandjung Sarankan Kader Golkar Tak Rangkap Jabatan

Editor : Rajaman
JAKARTA, Tigapilarnews.com - Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) Partai Golkar, Akbar Tandjung mengaku pernah berbicara dengan Wakil Ketua Umum Partai Golkar yang juga Ketua DPR, Ade Komaruddin dan menyarankan untuk tidak maju sebagai ketua umum Partai Golkar dalam Munaslub di Bali, yang akan diselenggarakan tanggal 15 Mei 2016 nanti.

Alasan yang dikemukakan Akbar adalah keraguannya terhadap kondisi saat ini dimana seseorang mampu melaksanakan dua tugas penting sebagai ketua DPR dan ketua umum sekaligus.

“Saya pernah bicara dengan Ade terkait hal ini, apakah dia bisa sukses melaksanan misi sebagai ketua umum yang adalah jabatan strategis dan pada saat yang sama dia memenang jabatan strategis lainnya sebagai ketua DPR?Publik juga berharap supaya Ade bisa fokus menjadi ketua DPR karena kemerosotan DPR saat ini. Ini tugas yang berat dan apakah mungkin bisa berhasil dan sukses?Dia bilang bisa dan akan turun ke daerah pada setiap Sabtu dan Minggu seperti saya dulu,”ujar Akbar saat dihubungi, Senin (9/5/2016).

Menurut Akbar situasi dan kondisi saat ini bebeda dengan situasi dan kondisi saat dirinya menjadi ketua umum sekaligus ketua DPR. Dirinya menjelaskan bahwa awalnya menjadi ketum Golkar baru menjadi ketua DPR dipilih oleh DPR melalui voting. Saat itu bahkan PDIP pun karena kedekatan dan juga melihat pengalaman saya dalam mempertahankan Golkar ikut mendukungnya.

”Dulu saya sudah mampu melewati situasi yang amat berat,amat kritis dan menentukan keberlangsung hidup Golkar. Saat i tu Golkar dihina, diminta dibubarkan dan terancam tidak bisa ikut pemilu. Kami mampu bertahan dan partai lolos dalam pemilu dan bahkan mendapatkan suara nomer dua terbanyak, PDIP dapat 150 kursi dan kami 120. Ini diluar dugaan banyak orang dan bahkan banyak pengamat yang ektrem.Mereka mengatakan suara Golkar tidak akan mencapai 5 persen dan kami berhasil meraih lebih dari 20 persen. Situasi ini sekarang berbeda,” beber dia.

Proses pemilihan pimpinan DPR setelah pemilu pun berbeda dengan saat ini. Semua pimpinan DPR dan MPR dipilih.”Saat itu mayoritas fraksi maunya aklamasi memilih saya. Tapi saya ingat Almarhum Hartono Mardjono dari PBB mengatakan untuk tidak lagi menggunakan cara-cara orba dengan pemilihan model aklmasi. Dia bilang bukan tidak suka saya, dia pun akan memilih saya, tapi prosesnya jangan seperti itu.Rapat membahas itu pun berjalan sampai larut malam dan saya akhirnya menerima proses agar dipilih melalui votting. Saya pun menjadi ketua DPR karena mayoritas suara memilih saya,” jelasnya.

Terkait dengan surat peryataan Ade Komaruddin sendiri dengan Ketua Umum Partai Golkar untuk tidak maju menjadi ketua umum Partai Golkar, Akbar mempersilahkan dewan etik untuk melakukan tugasnya. Dirinya yakin bahwa hal itu pasti akan ditanyakan.

”Ade kan mengatakan dia tetap akan maju karena dirinya mengaku dia tidak tahu dan tidak membaca isi surat perjanjian itu. Dia mengaku bahwa dirinya berjanji untuk tidak menginisasi Munaslub.Tapi kan kalau dia membaca disitu jelas tertulis bahwa perjanjian itu bukan masalah persiapanmunas tapi masalah pemilihanketua umum baru,” cetus Akbar.

Ditanyakan mengenai bagaimana kader Partai Golkar yang memiliki suara dalam Munaslub akan percaya pada komitmen Ade jika menang dalam Munaslub, sementara surat perjanian diatas materai yang dia tandatangani bersama penguasa Golkar saat ini saja dia tidak menjalankan, Akbar tidak mau mengomentarinya.

“Kalau masalah komitmen itu kan biar nanti kader saja yang menilai. Saya tidak mau mengomentari hal itu,” tegas dia.

Akbar sendiri nampaknya mendukung Airlanggar Hartarto. Menurutnya dalam debat para calon ketua umum itu saja, terlihat kemampuan dan wawasan Airlangga dan komitmennya untuk memberikan seluruh waktunya bagi Partai Golkar.”Selain itu mungkin sudah saatnya Partai Golkar kembali dipimpin oleh orang Jawa,”tandasnya.
0 Komentar